Blog

Seni dan Sains di Balik Sebotol Parfum

cover Blog
03 ,Jul 2025

Pendahuluan

Parfum, lebih dari sekadar cairan beraroma, adalah sebuah karya seni sekaligus pencapaian ilmiah yang rumit. Ia adalah kombinasi yang dihasilkan dari penyatuan berbagai bahan baku atau notes sederhana. Keberhasilan dan keharmonisan sebuah parfum bergantung pada keseimbangan dan intensitas penciuman dari setiap komponen yang menyusunnya. Memahami dunia parfum berarti menyelami arsitektur aroma, bahan baku yang beragam, proses produksi yang presisi, dan bagaimana formula disesuaikan untuk berbagai aplikasi dalam kehidupan kita sehari-hari


Mengenal Parfum dan Strukturnya

Parfum berasal dari kata Latin per fumum yang artinya "melalui asap". Sejak ribuan tahun lalu manusia memanfaatkan wangi-wangian, dari dupa Mesir kuno, minyak aromatik India, hingga parfum modern buatan Perancis.Setiap parfum memiliki durasi penguapan yang terstruktur, yang digambarkan dalam bentuk piramida wewangian (fragrance pyramid). Struktur ini terdiri dari tiga tingkatan notasi yang muncul secara berurutan seiring waktu, berdasarkan kecepatan penguapannya.

1. Top Notes

Aroma yang pertama kali tercium saat parfum disemprotkan. Fungsinya adalah menciptakan kesan pertama, memberikan percikan awal, dan membuat dampak instan. Top notes terdiri dari molekul-molekul yang paling ringan sehingga menjadi yang paling cepat menguap. Bahan-bahan yang umum digunakan untuk lapisan ini meliputi aroma citrus (jeruk, lemon), notasi aromatik/herbal (lavender, rosemary), green notes (daun-daunan hijau), dan spicy notes (rempah ringan seperti lada). Top notes sering diaplikasikan produk rumah tangga seperti cairan pencuci piring, top notes menjadi elemen utama karena konsumen tidak ingin aroma makanan yang dihidangkan terganggu oleh wangi yang tahan lama.

2. Middle Notes

Setelah top notes memudar, middle notes atau yang sering disebut heart notes mulai muncul. Lapisan ini berfungsi sebagai jembatan transisi menuju base notes dan bertugas untuk memberikan karakter pada parfum. Aromanya lebih bulat dan bertahan lebih lama dibandingkan top notes. Bahan-bahan yang lazim ditemukan pada lapisan tengah sangat beragam, mencakup notasi bunga (floral notes), buah-buahan (fruity notes), rempah-rempah (spicy notes), green notes, serta aroma aromatik/herbal.

3. Base Notes

Base notes adalah komponen yang menguap paling lambat dan memiliki kekuatan tahan lama yang paling tinggi. Fungsinya adalah untuk mendukung top dan middle notes serta menentukan sebagian besar karakter akhir dari sebuah wewangian. Karena daya tahannya yang lama, base notes menjadi sangat signifikan terutama dalam produk seperti pelembut kain, di mana konsumen menginginkan pakaian tetap wangi selama berminggu-minggu setelah dicuci. Bahan-bahan yang membentuk lapisan ini cenderung kaya dan berat, seperti notasi amber, kayu-kayuan (woody notes), aroma manis (sweet notes seperti vanila), musk, dan kulit (leather notes).

Bahan Baku - Palet Sang Peracik Parfum

Industri parfum memanfaatkan setidaknya 1.500 jenis bahan baku yang berbeda. Keberagaman ini memungkinkan para peracik parfum (perfumer) untuk berkreasi tanpa batas.Bahan-bahan ini secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan asalnya.

  • Berasal dari Hewani (Animal Origin) : Secara historis, beberapa aroma paling ikonik berasal dari hewan seperti ambergris (dari paus sperma), musk (dari rusa kesturi), castoreum (dari berang-berang), dan civet (dari musang). Namun, karena isu etika dan regulasi, sebagian besar bahan tersebut kini telah digantikan oleh versi sintetisnya.
  • Berasal dari Nabati (Vegetable Origin) : Jenis nabati merupakan kategori bahan baku terbesar dan paling beragam dalam dunia parfum. Hampir semua bagian dari tumbuhan dapat diekstraksi untuk mendapatkan aromanya. Ini mencakup kelopak bunga (mawar, melati), bunga utuh, rimpang , akar, kayu (cendana, cedar), kulit kayu (kayu manis), rumput, daun (nilam), buah-buahan, biji, polong, kacang-kacangan, getah (gums), dan resin.
  • Bahan Sintetis (Synthetic Origin) : Bahan sintetis adalah senyawa buatan yang diciptakan di laboratorium. Bahan ini bisa berasal dari turunan minyak bumi (mineral base) atau bahan baku dasar dari industri kimia. Contohnya termasuk coumarin (beraroma seperti kacang tonka), aldehida (memberikan efek segar "sparkling"), hedione (aroma melati yang segar), dan vanillin (esens dari vanila).

Klasifikasi Aroma - Olfactory Family

Untuk mengorganisir ribuan parfum yang ada, industri menggunakan sistem klasifikasi yang disebut "Olfactory family". Sistem ini mengelompokkan parfum berdasarkan karakteristik penciuman utamanya. Pengelompokan ini bisa didasarkan pada bahan baku dominan (seperti bunga, kayu) atau inspirasi dari harmoni tradisional (seperti oriental, chypre). 

  • Traditional Family

  1. Single Floral : Didominasi oleh aroma dari satu jenis bunga tertentu.
  2. Floral Bouquet : Merupakan kombinasi aroma dari beberapa jenis bunga.
  3. Amber/Oriental : Campuran aroma yang hangat dan sensual, seringkali melibatkan rempah-rempah dan resin.
  4. Woody : Aroma yang hangat, kering, dan elegan, seperti kayu cendana atau cedar.
  5. Leather : Memiliki aroma khas yang tajam, berada di antara maskulin dan feminin.
  6. Chypre : Dikenal dengan karakter yang kuat, pedas, dan powdery.
  7. Fougere : Aroma yang maskulin dan aromatik, biasanya dari kombinasi herbal dan rempah.
  • Modern Family

  1. Bright Floral : Gabungan dari tipe single floral dan floral bouquet tradisional.
  2. Green : Jenis wewangian yang lebih ringan dan modern dari keluarga chypre, dengan kesegaran sebagai ciri khasnya.
  3. Amber/Oriental : Campuran aroma yang hangat dan sensual, seringkali melibatkan rempah-rempah dan resin.
  4. Aquatic : Memberikan sentuhan yang cerah, segar, dan natural.
  5. Citrus : Menghasilkan aroma yang bersih dan menyegarkan.
  6. Fruity : Mengandung notasi manis dan "dapat dimakan" (edible), menciptakan kesan yang menyenangkan.
  7. Gourmand : Memiliki kualitas seperti "makanan penutup" (dessert), dengan aroma seperti vanila, cokelat, atau karamel.

Adaptasi Formula dan Dosis untuk Berbagai Kebutuhan

Struktur formula sebuah parfum yaitu rasio antara top, middle, dan base notes tidaklah statis. struktur ini harus disesuaikan secara cermat untuk setiap aplikasi akhir guna mencapai hasil yang optimal. 

Struktur untuk Personal Care :

  • EDT (Eau de Toilette) 25% top, 25% middle, 50% base.
  • Body Milk : Fokus pada efek penutupan aroma tubuh dan daya tahan. Strukturnya: 30% sniff (kesan awal), 15% covering effect, 55% substantivity (daya tahan).
  • Shower Gel : Butuh ledakan aroma di awal. Strukturnya: 40% top, 10% covering effect, 50% base.

Apa Itu SPL Parfum?

SPL adalah singkatan dari Sillage, Projection, dan Longevity, yaitu tiga komponen penting yang digunakan untuk mengevaluasi performa sebuah parfum. Komponen ini dalam dunia fragrance yang membantu kita memahami seberapa baik parfum tersebut tercium, menyebar, dan bertahan.

1. Sillage (Jejak Parfum)

Sillage adalah jejak aroma yang tertinggal ketika seseorang yang memakai parfum berjalan melewati suatu tempat. 

 

❀ Sillage berasal dari bahasa Prancis yang berarti "jejak".

❀ Parfum dengan sillage yang kuat akan meninggalkan “aura” wangi di ruangan meski pemakainya sudah pergi. 

Contoh: Parfum seperti Dior Sauvage atau YSL Black Opium dikenal memiliki sillage yang besar.

 

2. Projection (Proyeksi)

Projection adalah seberapa jauh parfum memancar dari tubuh pemakainya.

❀ Projection bisa diibaratkan seperti “radius wangi” dari tubuhmu.

Ini biasanya terasa di 1–2 jam pertama setelah parfum disemprotkan.

Contoh : Chanel Bleu de Chanel memiliki projection yang kuat tapi tetap elegan.

3. Longevity (Ketahanan)

Longevity adalah Seberapa lama aroma parfum bertahan di kulit setelah disemprotkan. Parfum dengan longevity tinggi bisa bertahan hingga lebih dari 8 jam. Dipengaruhi oleh konsentrasi parfum :

Tabel Perbandingan SPL Berdasarkan Jenis Parfum

Jenis Parfum Konsentrasi Parfum Sillage Projection Longevity
Eau de Fraiche  1-3% Sangat ringan Sangat lembut 1-3 jam
Eau de Cologne 2–4%  Ringan Lembut 3–4 jam
Eau de Toilette  5–15% Sedang Sedang 4–6 jam 
Eau de Parfum 15–20% Kuat Sedang-Kuat 6–8 jam 
Parfum/Extrait  20–30% Sangat kuat Intens  8–12+ jam

Faktor yang Mempengaruhi SPL

  1. Konsentrasi minyak parfum
  2. Jenis kulit – Kulit berminyak menahan aroma lebih lama.
  3. Cuaca dan suhu lingkungan – Parfum menyebar lebih cepat di suhu panas.
  4. Aplikasi – Titik nadi (leher, pergelangan tangan) membantu meningkatkan proyeksi.
  5. Komposisi notes (Top notes lebih ringan dan cepat hilang. Base notes menentukan longevity 

SPL dan Kategori Aroma

Setiap kategori aroma punya karakteristik SPL yang berbeda :

Kategori Aroma Sillage Projection Longevity
Citrus/Fresh Rendah-Sedang Sedang Pendek
Woody  Sedang Sedang-Kuat  Lama
Oriental/Amber Kuat Kuat Sangat lama
Floral Sedang Sedang Sedang-Lama 
Gourmand/Spicy Kuat Kuat Lama

FAQ (Pertanyaan Umum)

  1. Apakah SPL sama dengan performa parfum? : Ya, SPL adalah indikator utama dari performa parfum.
  2. Apakah parfum mahal selalu punya SPL yang bagus? : Tidak selalu. Beberapa parfum niche justru dibuat untuk aroma dekat kulit (skin scent).
  3. Bagaimana cara meningkatkan SPL? ? : Gunakan parfum di titik nadi, semprot di kulit yang sudah dilembapkan, dan lapisi dengan body lotion beraroma sama. 
  4. Apa itu parfum “cloying”? : : Parfum yang terlalu kuat atau menyengat hingga membuat orang tidak nyaman. Biasanya karena projection dan sillage terlalu tinggi. 

Kesimpulan

Parfum adalah hasil perpaduan kompleks antara seni dan kimia, yang tidak hanya menghadirkan aroma menyenangkan, tetapi juga menciptakan identitas dan pengalaman personal. Dengan memahami struktur wewangian, bahan baku, klasifikasi aroma, serta aspek teknis seperti SPL, kita bisa lebih bijak memilih dan menggunakan parfum sesuai kebutuhan dan selera. Performa parfum bukan semata soal harga, tetapi soal komposisi, aplikasi, dan konteks penggunaannya.

Daftar Pustaka

Sell, C. S. (2006). The Chemistry of Fragrances: From Perfumer to Consumer (2nd ed.). Royal Society of Chemistry

Turin, L., & Sanchez, T. (2008). Perfumes: The Guide. Penguin Books.

Boelens, M. H., & van Gemert, L. J. (1990). Compilation of Odour Threshold Values in Air, Water and Other Media. Zeist: TNO Nutrition and Food Research. 

Arctander, S. (1960). Perfume and Flavor Chemicals (Aroma Chemicals)

Poucher, W. A. (1991). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps (10th ed.). Springer.

Sanchez-Lengeling, B., Wei, J. N., Lee, B. K., & Aspuru-Guzik, A. (2019). Machine Learning for Scent: Learning Generalizable Perceptual Representations of Small Molecules. arXiv preprint arXiv:1910.10685.

Fragrance Foundation (www.fragrance.org)

icon whatsapp
icon
Loading...